Anda tertarik jadi pengemis? Ini sungguh temuan paling menarik tentang pengemis di Blok M, Jakarta. Melihat tampang memelas para pengemis membuat kita sering merogoh uang Rp 1,000 atau Rp 500. Para pengemis berkeliaran di tempat-tempat tertentu yang ramai. Khususnya tempat makan di pinggiran jalan.
Mari kita tengok sosok pengemis ini. Perempuan ini berusia sekitar 45 tahunan. Berpakaian kumuh dan berkerudung kumuh pula. Namun dia sehat wal afiat. Dia selalu membawa mangkuk plastik untuk mengemis. Tak lupa dia juga menggendong tas yang juga tidak bagus. Namun jangan salah. Tampang dan penampilan itu mengecoh. Soal penghasilan luar biasa.
Kalau Anda bergaji Rp. 10,000,000,- juta. Anda masih kalah dengan pengemis elit cerdas ini. Mari kita hitung penghasilannya. Menurut petugas parkir di Bulungan di samping Blok M Plaza, pengemis itu penghasilan per harinya tidak kurang dari Rp 500,000,- sampai Rp 700,000,- per hari. Saya pertama kali mendengar tidak percaya.
Namun pedagang gulai pinggir jalan malam hari di sekitar Blok M Plaza mengiyakan pernyataan tukang parkir itu. Saya penasaran menelusuri dan mengikuti dan menelusuri cara kerja pengemis kaya tersebut.
Pagi hari itu saya sudah siap mengamati Pengemis Wanita ini. Saya sudah tiba pukul 05:00 di sekitar tempat parkir Bus Damri Bandara yang mangkal di dekat Blok M Plaza. Dengan muka memelas dia mulai menerima uang dari para dermawan bis Damri. Rata-rata penaik taksi yang akan ke Bandara akan memberi uang kecil Rp 1,000,-. Saya memakai kamera video untuk mengamati agar dari jarak jauh sekitar 200-300 meter saya bisa melihat secara dekat. Kadang saya berjalan mendekati dia. Tidak ada rasa curiga dari dia.
Selama sekitar 5 jam saya membuntuti pengemis itu. Sekitar pukul 10.00 Pengemis itu pergi ke tukang bakso menukarkan uang hasil usahanya. Yang dia tukarkan Rp. 65.000, ditukar dengan uang lima puluhan ribu, satu uang 10 ribuan dan satu uang 5 ribuan. Setelah menukarkan, di sekitar itu pula banyak orang makan. Tampak dalam hitungan menit tiga orang memberikan uang seribuan.
Saya ikuti pengemis itu pergi ke Taman Blok M. Ternyata dia istirahat sejenak di sana. Setelah itu dia berjalan ke arah Pasaraya Blok M. Di dekat pinggiran jalanan ke Gramedia banyak tempat makan di sana. Mulai pukul 12:00 sampai pukul 14:00 dia beroperasi di sana. Dari para pengunjung tempat makanan kaki lima itu ternyata pengemis itu mengeruk puluhan ribu rupiah dari para pekerja dan pengunjung warung atau gerobak makanan.
Saya juga capek mengamati dia. Saya juga perlu makan. Maka saya istirahat makan. Tak lupa pengemis itu minta uang kepada saya. Agar tak mencurigakan aku kasih dia uang Rp 1,000,-. Dia pergi ke warung kaki lima lainnya mengeruk uang dari pengunjung tempat makan.
Tak lupa saya menanyakan pada para pedagang makanan. Komentarnya sungguh mencengangkan saya. Kalau mau tukar uang receh ya ke pengemis itu. Banyak pedagang menukarkan uang ribuan pada pengemis itu. Langganan menukar uang juga datang dari karyawan toko minimarket, khusus untuk uang recehan Rp 500, 200 dan 100.
Saya iseng menanyakan ke minimarket yang dimaksud di sekitar Blok M yang menjadi langganan penukaran uang pengemis itu. Benar, dalam sehari tidak kurang dari Rp 200 ribu uang receh ditukar dengan dua lembar uang seratus ribuan.
Saya kembali membuntuti. Ternyata dia ada di sekitar Bus Damri lagi. Di tempat itu ada satu lagi pengemis lainnya. Laki-laki seumur perempuan itu. Sampai sekitar pukul 18:00 operasi pengemis itu ada di sekitaran Bus Damri, warung kali-lima dekat jembatan penyeberangan. Lalu ke sekitar depan dan samping SMA 70.
Sejak pukul 15:00 sampai dengan pukul 22:00 saya amati pengemis itu rata-rata setiap 2 menit mendapatkan 1 lembar uang seribu rupiah. Yang memberikan adalah para penikmat makanan malam seperti ayam bakar, gulai dan pekerja yang beristirahat dan pulang kerja.
Dari amatan saya, yang menjadi target diminta atau diemisi adalah: para pelanggan nasi gulai Blok M. Karakter penikmat makan ini selalu memberi kepada pengemis. Pelanggan ayam bakar yang berseberangan dengan penjaja gulai juga penyumbang setia pengemis itu. Juga para pekerja seks dan pasangannya.
Tampaknya pengemis itu memiliki kemampuan strategi dalam mengemis dalam menentukan sasaran. Yang paling sering memberi uang kepada pengemis ternyata pasangan muda. Juga keluarga suami istri dan anak. Hampir semua pasangan dan kelompok serta suami-istri apalagi bersama anaknya, akan memberikan uang selembar ribuan. Mungkin para pasangan - laki-laki - malu kalau tak memberi pada pengemis. Laki-laki yang sendirian makan jarang memberi uang pada pengemis.
Sampai pukul 02:00 dini hari saya mencatat tidak kurang 400 orang memberikan uang kepada pengemis itu. Daerah operasi pengemis itu cuma sekitaran Blok M Plaza.
Akhirnya saya temui tukang parkir di Bulungan yang tiga hari sebelumnya menyampaikan berita tentang pengemis berpenghasilan Rp 15,000,000,- per bulan. Dan ternyata benar adanya! Siapa tertarik menjadi pengemis? Daripada bekerja pakai dasi mendapat gaji Rp. 6 juta? Ternyata Jakarta luar biasa!
SUMBER
No comments:
Post a Comment